Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، سَيِّدِنَا وَمَوْلَنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ وَمَوَّالَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ دَعَا بِدَعْوَتِهِ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
وَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِي اْلقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَهُوَ أَصْدَقُ الْقَائِلِيْنَ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ :يَا أَيُّهَا الََّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (آل عمران: 102).
وَقَالَ فِي أَيَةٍ أُخْرَى : كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ (آل عمران : 185).
Para Hadirin Sidang Jama’ah Jum’at Yang dirahmati Allah Swt,
Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya, takwa dalam konteks ‘Mengerjakan segala bentuk perintah Allah Swt dan meninggalkan segala bentuk larangan-Nya.’
Para Hadirin Sidang Jama’ah Jum’at Yang dimuliakan Allah Swt,
Zakat merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima dan kewajiban menunaikannya sangat erat kaitannya dengan kewajiban mendirikan shalat fardhu lima waktu sehari semalam. Di dalam Al-Qur’an tidak kurang dari 82 kali Allah Swt menggandingkan perintah menunaikan shalat dengan perintah mengeluarkan zakat, ini membuktikan bahwa seseorang dianggap kufur jika mengingkari kewajiban zakat. Diantaranya firman Allah Swt
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ
yang artinya:
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku.”
(QS. Al-Baqarah (2) Ayat 43)
Di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits juga telah diatur ruang lingkup dan kewajiban menunaikan zakat, ancaman bagi orang yang enggan membayar zakat, orang-orang yang berhak menerima zakat (mustahik), lembaga pengelola zakat (Badan Amil) serta peran zakat dalam pengentasan kemiskinan.
Allah Swt berfirman yang artinya:
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
(QS. At-Taubah (9) Ayat 103)
Menurut para mufassir, Kata ‘Khudz' (’خُذْ) dalam ayat tersebut yang artinya ‘ambillah’ merupakan fi’il amar (kata perintah) yang tidak hanya ditujukan kepada Rasulullah s.a.w. sebagai orang yang berhak memungut zakat, namun juga ditujukan kepada pemerintah untuk menunjuk Badan Amil Zakat yang amanah untuk mengemban tugas mengumpulkan, mengelola, menyalurkan dan memberdayakan zakat, infaq dan shadaqah.
Ayat tersebut juga menjelaskan bahwa zakat itu membersihkan para muzakki (orang yang berhak mengeluarkan zakat) dari sifat kikir dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda serta menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda mereka.
Para Hadirin Sidang Jama’ah Jum’at Yang dirahmati Allah Swt,
Dalam memahami istilah hak dan kewajiban zakat, kita pahami pula bahwa seseorang itu hanya dapat memilih untuk menyandang dua gelar, dia bergelar sebagai Mustahiq ataukah dia bergelar sebagai muzakki.
Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya, takwa dalam konteks ‘Mengerjakan segala bentuk perintah Allah Swt dan meninggalkan segala bentuk larangan-Nya.’
Para Hadirin Sidang Jama’ah Jum’at Yang dimuliakan Allah Swt,
Zakat merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima dan kewajiban menunaikannya sangat erat kaitannya dengan kewajiban mendirikan shalat fardhu lima waktu sehari semalam. Di dalam Al-Qur’an tidak kurang dari 82 kali Allah Swt menggandingkan perintah menunaikan shalat dengan perintah mengeluarkan zakat, ini membuktikan bahwa seseorang dianggap kufur jika mengingkari kewajiban zakat. Diantaranya firman Allah Swt
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ
yang artinya:
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku.”
(QS. Al-Baqarah (2) Ayat 43)
Di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits juga telah diatur ruang lingkup dan kewajiban menunaikan zakat, ancaman bagi orang yang enggan membayar zakat, orang-orang yang berhak menerima zakat (mustahik), lembaga pengelola zakat (Badan Amil) serta peran zakat dalam pengentasan kemiskinan.
Allah Swt berfirman yang artinya:
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
(QS. At-Taubah (9) Ayat 103)
Menurut para mufassir, Kata ‘Khudz' (’خُذْ) dalam ayat tersebut yang artinya ‘ambillah’ merupakan fi’il amar (kata perintah) yang tidak hanya ditujukan kepada Rasulullah s.a.w. sebagai orang yang berhak memungut zakat, namun juga ditujukan kepada pemerintah untuk menunjuk Badan Amil Zakat yang amanah untuk mengemban tugas mengumpulkan, mengelola, menyalurkan dan memberdayakan zakat, infaq dan shadaqah.
Ayat tersebut juga menjelaskan bahwa zakat itu membersihkan para muzakki (orang yang berhak mengeluarkan zakat) dari sifat kikir dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda serta menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda mereka.
Para Hadirin Sidang Jama’ah Jum’at Yang dirahmati Allah Swt,
Dalam memahami istilah hak dan kewajiban zakat, kita pahami pula bahwa seseorang itu hanya dapat memilih untuk menyandang dua gelar, dia bergelar sebagai Mustahiq ataukah dia bergelar sebagai muzakki.
Pengertian Mustahiq adalah seseorang yang berhak menerima zakat.
Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَاِبْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ ٠
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَاِبْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ ٠
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Orang yang menerima zakat dalam islam terdapat 8 golongan. Antara lain:
Fakir (al Fuqara) – adalah orang yang tiada harta pendapatan yang mencukupi untuknya dan keperluannya. Tidak mempunyai keluarga untuk mencukupkan nafkahnya seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal. Contohnya ia memerlukan RM10 sehari tetapi hanya mampu RM3 sahaja.
Miskin (al-Masakin) – mempunyai kemampuan usaha untuk mendapatkan keperluan hidupnya akan tetapi tidak mencukupi sepenuhnya seperti ia memerlukan RM10 tetapi hanya memperoleh RM8.
Amil – orang yang dilantik untuk memungut dan mengagih wang zakat.
Muallaf – seseorang yang baru memeluk agama Islam.
Riqab – seseorang yang terbelenggu dan tiada kebebasan diri.
Gharimin – penghutang muslim yang tidak mempunyai sumber untuk menjelaskan hutang yang diharuskan oleh syarak pada perkara asasi untuk diri dan tanggungjawab yang wajib ke atasnya.
Fisabilillah – orang yang berjuang, berusaha dan melakukan aktiviti untuk menegakkan dan meninggikan agama Allah.
Ibnus Sabil – musafir yang kehabisan bekalan dalam perjalanan atau semasa memulakan perjalanan dari negaranya yang mendatangkan pulangan yang baik kepada Islam dan umatnya atau orang Islam yang tiada perbekalan di jalanan.
Fakir (al Fuqara) – adalah orang yang tiada harta pendapatan yang mencukupi untuknya dan keperluannya. Tidak mempunyai keluarga untuk mencukupkan nafkahnya seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal. Contohnya ia memerlukan RM10 sehari tetapi hanya mampu RM3 sahaja.
Miskin (al-Masakin) – mempunyai kemampuan usaha untuk mendapatkan keperluan hidupnya akan tetapi tidak mencukupi sepenuhnya seperti ia memerlukan RM10 tetapi hanya memperoleh RM8.
Amil – orang yang dilantik untuk memungut dan mengagih wang zakat.
Muallaf – seseorang yang baru memeluk agama Islam.
Riqab – seseorang yang terbelenggu dan tiada kebebasan diri.
Gharimin – penghutang muslim yang tidak mempunyai sumber untuk menjelaskan hutang yang diharuskan oleh syarak pada perkara asasi untuk diri dan tanggungjawab yang wajib ke atasnya.
Fisabilillah – orang yang berjuang, berusaha dan melakukan aktiviti untuk menegakkan dan meninggikan agama Allah.
Ibnus Sabil – musafir yang kehabisan bekalan dalam perjalanan atau semasa memulakan perjalanan dari negaranya yang mendatangkan pulangan yang baik kepada Islam dan umatnya atau orang Islam yang tiada perbekalan di jalanan.
Muzakki : Adalah orang yang berkewajiban membayarkan zakat.
Amil : Adalah orang atau badan/lembaga yang mengkhususkan diri untuk mengelola zakat, infaq, dan sedekah. Nisab : Adalah batas minimal untuk harta yang perlu dikeluarkan zakatnya. Haul : Untuk beberapa jenis harta, kewajiban zakat dikenakan jika harta tersebut sudah dimiliki selama jangka waktu tertentu (satu tahun). Jangka waktu ini disebut haul.
Amil : Adalah orang atau badan/lembaga yang mengkhususkan diri untuk mengelola zakat, infaq, dan sedekah. Nisab : Adalah batas minimal untuk harta yang perlu dikeluarkan zakatnya. Haul : Untuk beberapa jenis harta, kewajiban zakat dikenakan jika harta tersebut sudah dimiliki selama jangka waktu tertentu (satu tahun). Jangka waktu ini disebut haul.
Para Hadirin Sidang Jama’ah Jum’at Yang dimuliakan Allah Swt,
Yakinlah! Sesungguhnya Allah Swt telah menyediakan ganjaran pahala yang berlipat kali ganda serta surga dan keridhaannya bagi orang-orang yang dermawan dan ikhlas dalam menginfakkan hartanya di jalan Allah Swt. Diantaranya Allah Swt berfirman yang artinya:
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah (2) Ayat 261)
Allah Swt juga berfirman yang artinya:
وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ وَتَثْبِيتًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌ فَآتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِنْ لَمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran Tinggi yang disiram oleh hujan lebat, Maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. jika hujan lebat tidak menyiraminya, Maka hujan gerimis (pun memadai), dan Allah Maha melihat apa yang kamu perbuat.”
(QS. Al-Baqarah (2) Ayat 265)
Adapun pengertian menafkahkan harta di jalan Allah Swt menurut para mufassirin meliputi: zakat, infaq, shadaqah, waqaf, hibah, hadiah dan sebagainya, termasuk membelanjakan untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain.
Sedangkan orang-orang yang enggan membayar zakat, Allah Swt mengancam mereka dengan siksaan yang pedih, di dunia mereka tidak akan pernah merasakan ketenteraman, lebih-lebih lagi di akhirat kelak. Firman Allah Swt yang artinya:
وَلا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Yakinlah! Sesungguhnya Allah Swt telah menyediakan ganjaran pahala yang berlipat kali ganda serta surga dan keridhaannya bagi orang-orang yang dermawan dan ikhlas dalam menginfakkan hartanya di jalan Allah Swt. Diantaranya Allah Swt berfirman yang artinya:
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah (2) Ayat 261)
Allah Swt juga berfirman yang artinya:
وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ وَتَثْبِيتًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌ فَآتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِنْ لَمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran Tinggi yang disiram oleh hujan lebat, Maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. jika hujan lebat tidak menyiraminya, Maka hujan gerimis (pun memadai), dan Allah Maha melihat apa yang kamu perbuat.”
(QS. Al-Baqarah (2) Ayat 265)
Adapun pengertian menafkahkan harta di jalan Allah Swt menurut para mufassirin meliputi: zakat, infaq, shadaqah, waqaf, hibah, hadiah dan sebagainya, termasuk membelanjakan untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain.
Sedangkan orang-orang yang enggan membayar zakat, Allah Swt mengancam mereka dengan siksaan yang pedih, di dunia mereka tidak akan pernah merasakan ketenteraman, lebih-lebih lagi di akhirat kelak. Firman Allah Swt yang artinya:
وَلا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Ali ‘Imran (3) Ayat 180)
Allah Swt juga berfirman yang artinya:
“...Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu."
(QS. At-Taubah (9) Ayat 34-35)
Saat menjelaskan ayat yang pertama, Rasulullah s.a.w. bersabda:
مَنْ آتَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ مَالًا فَلَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهُ مُثِّلَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شُجَاعًا أَقْرَعَ لَهُ زَبِيْبَتَانِ يَأْخُذُ بِلِهْزِمَتَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَقُوْلُ أَنَا مَالُكَ أَنَا كَنْزُكَ
Artinya:
“Barangsiapa diberi harta oleh Allah ‘Azza Wajalla, lalu dia tidak menunaikan zakatnya, maka pada hari kiamat nanti hartanya itu akan diwujudkan dalam bentuk ular jantan yang memiliki dua titik hitam yang menggigitnya dengan dua taring sambil mengatakan, ‘Aku adalah hartamu, aku adalah simpananmu.”
(HR. Al-Bukhari, Kitabuz-Zakat, no. 1403)
Sedangkan ketika menjelaskan ayat yang kedua, Rasulullah s.a.w. bersabda :
مَا مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلَا فِضَّةٍ لَا يُؤَدِّيْ مِنْهَا حَقَّهُ إِلَّا إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ صُفِّحَتْ لَهُ صَفَائِحُ مِنْ نَارٍ فَأُحْمِيَ عَلَيْهَا فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ فَيُكْوَى بِهَا جَنْبُهُ وَجَبِيْنُهُ وَظَهْرُهُ كُلَّمَا بَرَدَتْ أُعِيْدَتْ لَهُ فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ فَيَرَى سَبِيْلَهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ
Artinya:
“Tidak ada pemilik emas dan juga perak yang tidak ditunaikan zakatnya kecuali dia nanti pada hari kiamat akan dibuatkan lempengan dari api neraka, lalu dia dipanggang di atas api neraka lalu dengannya dia disetrika bagian sampingnya, keningnya dan punggungnya. Ketika lempengan sudah mulai dingin, maka dia dipanaskan lagi, pada hari yang lamanya sama dengan lima puluh ribu tahun, sampai semua urusan para hamba telah diputuskan, kemudian akan melihat jalannya ke surga atau ke neraka.”
(HR. Muslim, no. 987 (24))
Para Hadirin Sidang Jama’ah Jum’at Yang dirahmati Allah Swt,
Prof. Dr. Syeikh M. Mutawalli Asy-Sya’rawi rahimahullah dalam kitabnya yang berjudul “Anta tas’alu wal Islamu yujibu” (Anda bertanya dan Islam menjawab) ketika ditanya tentang manakah yang lebih baik, menyalurkan zakat secara pribadi atau melalui lembaga (Baitul Mal)? Beliau menjawab: “Jika pihak tersebut adalah muslim dan menjalankan syari’at agama secara benar, dan mereka mengumpulkan dan menyalurkan zakat dengan jujur karena takut menyalahgunakan harta milik Allah Swt, maka pihak yang berkenaan akan mendapat pahala. Memberi zakat melalui lembaga (Baitul Mal) mengandungi hikmah yang tinggi. Si penerima merasa lebih terhormat dan terhindar dari rasa malu karena tidak ramai yang mengetahuinya. Jika orang itu harus menerima dari muzakki secara langsung, maka itu memberi kesan negatif dan kerendahan kepada orang tersebut. Rendah buat mereka (mustahik) dan rendah disisi agama.”
Memberikan zakat ke Baitul Mal memiliki hikmah yang banyak diantaranya:
Sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah
Menjamin kepastian dan kedisiplinan muzakki untuk membayar zakat
Menjaga perasaan rendah diri para mustahik apabila berhadapan langsung dengan muzakki
Mencapai efisiensi dan efektifitas serta sasaran yang tepat dalam pendayagunaan zakat menurut skala prioritas.
Memperlihatkan syiar Islam dan semangat pembangunan.
Para Hadirin Sidang Jama’ah Jum’at Yang dimuliakan Allah Swt,
Demikianlah khutbah jum’at pada hari ini, semoga dapat memberikan semangat dan motivasi bagi kita semua untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt, serta menumbuhkan kesadaran pada diri kita akan kewajiban menunaikan zakat disamping kewajiban mendirikan shalat dan ibadah mahdhah (Ibadah murni) lainnya, serta menggalakkan kita untuk menginfakkan harta di jalan Allah Swt. Mudah-mudahan kita termasuk dalam golongan hamba-hamba-Nya yang bersyukur akan nikmat-Nya serta senantiasa mengerjakan amal shaleh. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
(QS. Ali ‘Imran (3) Ayat 180)
Allah Swt juga berfirman yang artinya:
“...Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu."
(QS. At-Taubah (9) Ayat 34-35)
Saat menjelaskan ayat yang pertama, Rasulullah s.a.w. bersabda:
مَنْ آتَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ مَالًا فَلَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهُ مُثِّلَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شُجَاعًا أَقْرَعَ لَهُ زَبِيْبَتَانِ يَأْخُذُ بِلِهْزِمَتَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَقُوْلُ أَنَا مَالُكَ أَنَا كَنْزُكَ
Artinya:
“Barangsiapa diberi harta oleh Allah ‘Azza Wajalla, lalu dia tidak menunaikan zakatnya, maka pada hari kiamat nanti hartanya itu akan diwujudkan dalam bentuk ular jantan yang memiliki dua titik hitam yang menggigitnya dengan dua taring sambil mengatakan, ‘Aku adalah hartamu, aku adalah simpananmu.”
(HR. Al-Bukhari, Kitabuz-Zakat, no. 1403)
Sedangkan ketika menjelaskan ayat yang kedua, Rasulullah s.a.w. bersabda :
مَا مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلَا فِضَّةٍ لَا يُؤَدِّيْ مِنْهَا حَقَّهُ إِلَّا إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ صُفِّحَتْ لَهُ صَفَائِحُ مِنْ نَارٍ فَأُحْمِيَ عَلَيْهَا فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ فَيُكْوَى بِهَا جَنْبُهُ وَجَبِيْنُهُ وَظَهْرُهُ كُلَّمَا بَرَدَتْ أُعِيْدَتْ لَهُ فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ فَيَرَى سَبِيْلَهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ
Artinya:
“Tidak ada pemilik emas dan juga perak yang tidak ditunaikan zakatnya kecuali dia nanti pada hari kiamat akan dibuatkan lempengan dari api neraka, lalu dia dipanggang di atas api neraka lalu dengannya dia disetrika bagian sampingnya, keningnya dan punggungnya. Ketika lempengan sudah mulai dingin, maka dia dipanaskan lagi, pada hari yang lamanya sama dengan lima puluh ribu tahun, sampai semua urusan para hamba telah diputuskan, kemudian akan melihat jalannya ke surga atau ke neraka.”
(HR. Muslim, no. 987 (24))
Para Hadirin Sidang Jama’ah Jum’at Yang dirahmati Allah Swt,
Prof. Dr. Syeikh M. Mutawalli Asy-Sya’rawi rahimahullah dalam kitabnya yang berjudul “Anta tas’alu wal Islamu yujibu” (Anda bertanya dan Islam menjawab) ketika ditanya tentang manakah yang lebih baik, menyalurkan zakat secara pribadi atau melalui lembaga (Baitul Mal)? Beliau menjawab: “Jika pihak tersebut adalah muslim dan menjalankan syari’at agama secara benar, dan mereka mengumpulkan dan menyalurkan zakat dengan jujur karena takut menyalahgunakan harta milik Allah Swt, maka pihak yang berkenaan akan mendapat pahala. Memberi zakat melalui lembaga (Baitul Mal) mengandungi hikmah yang tinggi. Si penerima merasa lebih terhormat dan terhindar dari rasa malu karena tidak ramai yang mengetahuinya. Jika orang itu harus menerima dari muzakki secara langsung, maka itu memberi kesan negatif dan kerendahan kepada orang tersebut. Rendah buat mereka (mustahik) dan rendah disisi agama.”
Memberikan zakat ke Baitul Mal memiliki hikmah yang banyak diantaranya:
Sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah
Menjamin kepastian dan kedisiplinan muzakki untuk membayar zakat
Menjaga perasaan rendah diri para mustahik apabila berhadapan langsung dengan muzakki
Mencapai efisiensi dan efektifitas serta sasaran yang tepat dalam pendayagunaan zakat menurut skala prioritas.
Memperlihatkan syiar Islam dan semangat pembangunan.
Para Hadirin Sidang Jama’ah Jum’at Yang dimuliakan Allah Swt,
Demikianlah khutbah jum’at pada hari ini, semoga dapat memberikan semangat dan motivasi bagi kita semua untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt, serta menumbuhkan kesadaran pada diri kita akan kewajiban menunaikan zakat disamping kewajiban mendirikan shalat dan ibadah mahdhah (Ibadah murni) lainnya, serta menggalakkan kita untuk menginfakkan harta di jalan Allah Swt. Mudah-mudahan kita termasuk dalam golongan hamba-hamba-Nya yang bersyukur akan nikmat-Nya serta senantiasa mengerjakan amal shaleh. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، وَ يَا قَاضِيَ الْحَاجَةِ.
رَبَّنَا لاَ تَدَعْ لَنَا فِي مَقَامِنَا هَذَا وَ فِي سَاعَتِنَا هَذِهِ ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَ لاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَ لاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَ لاَ مُسَافِرًا إِلاَّ وَصَلْتَهُ، وَ لاَ مَرِيْضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَ لاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَ لاَ حَاجَةً مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا لَكَ رِضًا وَ لَنَا فِيْهَا صَلاَحًا إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَ يَسَّرْتَهَا يَا أَكْرَمَ اْلأَكْرَمِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ، وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِِ وَاْلبَغْي، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، وَ يَا قَاضِيَ الْحَاجَةِ.
رَبَّنَا لاَ تَدَعْ لَنَا فِي مَقَامِنَا هَذَا وَ فِي سَاعَتِنَا هَذِهِ ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَ لاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَ لاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَ لاَ مُسَافِرًا إِلاَّ وَصَلْتَهُ، وَ لاَ مَرِيْضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَ لاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَ لاَ حَاجَةً مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا لَكَ رِضًا وَ لَنَا فِيْهَا صَلاَحًا إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَ يَسَّرْتَهَا يَا أَكْرَمَ اْلأَكْرَمِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ، وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِِ وَاْلبَغْي، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ