Manasik Haji Bag.III



TATA CARA PELAKSANAAN HAJI DAN UMROH

























  1. Pengertian Miqot, Pakaian Ihrom, dan Sholat Sunnah Ihrom.
a.      Miqot terbagi menjadi menjadi 2: Makani dan Zamani.
-          Miqat Makani adalah tempat untuk memulai berniat ihrom, bagi jamaah haji Indonesia gelombang I,  miqotnya di Bir Ali/Dzul Hulaifah (-+ 10 km dari kota Madinah). Sedangkan bagi gelombang II, miqatnya di Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Apabila menghendaki umroh sunnah, boleh memilih miqot di Tan’im/Ji’rona/Hudaibiyah. Untuk Ihrom Haji, miqotnya di hotel masing masing.
-          Miqat Zamani adalah masa untuk memulai haji atau umroh, untuk haji waktunya mulai bulan Syawal sampai menjelang waktu wukuf, sedangkan untuk umroh waktunya tidak ada batasan.
b.      Pakaian Ihrom, adalah pakaian yang dipakai ketika berniat ihrom haji atau umroh :
-          Bagi jamaah laki-laki: Pakaian umroh berupa 2 helai kain putih tidak berjahit (1 helai untuk bawahan, 1 helai untuk atasan), tidak  memakai penutup kepala yang melekat (topi/kopyah/serban), tidak memakai sandal/sepatu yang sampai menutupi mata kaki. Agar tidak mudah melorot, sebaiknya memakai sabuk.
-          Bagi jamaah perempuan: Pakaian biasa warna putih yang menutupi aurat, wajah dan kedua telapak tangan harus terbuka. Biasanya untuk menutup kaki memakai kaos kaki dan untuk menutup tangan menggunakan sarung tangan khusus. 
c.       Sholat Sunnah Ihrom, setelah memakai pakaian ihrom, sebelum berniat ihrom, disunnahkan sholat sunnah ihrom 2 rokaat dengan niat : Usholli sunnatal ihromi rok’ataini lillahi ta’ala.

II.   Niat dan Bacaan Talbiyah.
Setelah melaksanakan shalat sunnah ihrom, jamaah haji berniat umroh atau haji:
-          Niat umroh: Nawaitul Umrota Wa Ahromtu Biha Lillahi Ta’ala/Labbaikallohu Umrotan/Saya berniat umroh dengan berihrom karena Allah Ta’ala.
-          Niat Haji: Nawaitul Hajja Wa Ahromtu Bihi Lillahi Ta’ala/Labbaikallohu Hajjan/Saya berniat hajji dengan berihrom karena Allah Ta’ala.
Setelah berniat, jamaah haji selama perjalanan dari Bir Ali sampai ke pelataran Masjidil Haram atau dari pondokan Makkah sampai Arofah disunnahkan membaca kalimat Talbiyah: Labbaikallohumma labbaik, Labbaika laa syarika laka labbaik, Innal hamda Wanni’mata laka wal Mulk, Laa syarika lak.

III. Thowaf.
Thowaf adalah kegiatan mengelilingi Ka’bah di dalam Masjidil Haram.
  1. Syarat-syarat towaf:
1.      Suci dari hadas dan najis.
2.      Menutup Aurat.
3.      Berada di dalam Masjidil Haram.
4.      Memulai dari Hajar Aswad.
5.      Sebanyak 7 kali putaran.
6.      Ka’bah berada di sebelah kiri.
7.      Tidak boleh menyentuh Ka’bah dan Hijir Ismail karena Hijir Ismail bagian dari Ka’bah.
  1. Macam- macam Thowaf.
1.      Thowaf Rukun, yaitu thowaf yang menjadi rukun umroh atau haji (Ifadhoh).
2.      Thowaf Wada’, yaitu thowaf ketika akan meninggalkan kota Makkah.
3.      Thowaf Sunnah, yaitu thowaf setiap memasuki Masjidil Haram (sebagai ganti shalat tahiyyatul masjid).
4.      Thowaf Qudum, bagi yang melaksanakan haji qiran atau ifrod.
5.      Thowaf Nadzar, yaitu thowaf karena bernadzar.
  1. Sunnah-Sunnah Thowaf.
1.      Memulai dengan mencium hajar aswad, bila tidak mungkin, cukup mengangkat tangan dan mengecup tangannya dengan membaca Bismillah Allahu Akbar.
2.      Berdzikir dan berdoa selama mengelillingi ka’bah. (khusus setelah melewati Rukun Yamani hendaknya berdoa Rabbana Atina Fid Dunya Hasanah dst).
3.      Sholat di belakang Maqam Ibrahim atau searahnya.

IV. Sa’i.
Adalah kegiatan berjalan kaki dari bukit Shofa ke bukit Marwa.
  1. Syarat-syarat Sai :
  1. Tidak harus dalam keadaan suci.
  2. Dimulai di bukit Shofa dan diakhiri di bukit Marwa.
  3. Tujuh kali perjalanan, dari shofa ke marwa dihitung satu, dari marwa ke shofa dihitung satu.
  4. Dilaksanakan setelah thowaf.
  5. Dilaksanakan di tempat Sa’i (Mas’a).

  1. Sunnah-Sunnah Sa’i :
1.      Berdoa ketika akan naik bukit Shofa/marwa: Innash Shofa Wal Marwata Min Sya’airilllah dst..
2.      Ketika berada di bukit shofa berhenti sejenak, menghadap ka’bah dan berdoa.
3.      Berlari lari kecil apabila melewati lampu hijau, bagi jamaah pria.
4.      Memperbanyak dzikr dan doa selama perjalanan.



V. Tahallul.
Selesai Sa’i, jamaah umroh mencukur rambut, menimal tiga helai. Bagi laki-laki dicukur habis lebih baik. Untuk umroh hanya ada 1 tahallul, sedangkan untuk Haji ada 2 macam tahallul: Awal dan Tsani.
  1. Tahallul Awal: Setelah jamaah haji melempar jumroh aqobah pada tanggal 10 Dzulhijjah, maka dilanjutkan dengan mencukur rambut, inilah tahallul awal. Pakaian ihrom boleh dilepas, tetapi belum diperbolehkan bersetubuh.
  2. Tahallul Tsani: setelah menyelesaikan jumroh, jamaah haji melanjutkan Thowaf Ifadhoh dan Sa’i, selesai Sa’i inilah disebut tahallul tsani, tanpa mencukur rambut lagi. Semua sudah bebas termasuk bersetubuh dengan istrinya.
VI. Larangan Selama Memakai Pakaian Ihrom.
Setelah jamaah berniat ihrom umroh atau ihroam haji, maka berlaku larangan-larangan sebagai berikut:
  1. Bagi laki-laki dilarang memakai pakaian berjahit, menutup kepala, memakai sandal/sepatu yang menutupi mata kaki dan tumit.
  2. Bagi perempuan dilarang menutup muka dan telapak tangan.
  3. Memotong/mencabut rambut, bulu badan, dan kuku.
  4. Memakai wangi wangian.
  5. Menikah, menikahkan, melamar.
  6. Berburu dan membunuh hewan, kecuali hewan yang berbahaya.
  7. Mencabut atau memotong tumbuh-tumbuhan.
  8. Bercumbu dan bersetubuh.
 Semoga sukses, menjadi haji yang mabrur..amiin
Penulis: H.M. Nashrulloh, S.Ag, M.HI (Ka. KUA kec. Bareng)

JADWAL WAKTU SHOLAT JOMBANG

jadwal-sholat